Allah SWT, Tuhan yang menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Bisa dikatakan perbedaan adalah fitrah yang tidak perna...
Allah SWT, Tuhan yang menciptakan manusia
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa.
Bisa dikatakan perbedaan adalah fitrah
yang tidak pernah bisa dihilangkan dalam hidup manusia.
Jika tuhan ingin, manusia bisa menjadi satu umat,
satu bahasa, satu agama dan satu ras saja.
Tapi Tuhan bukanlah dzat yang bisa diprediksi,
tuhan juga bukan dzat yang terikat oleh simbol
dan materi, Tuhan bukan agama, agama hanya jalan
untuk menuju Tuhan.
Setiap agama memiliki simbol keagamaan
jika agama kristen identik dengan simbol salib
maka islam mengidentikkan diri dengan simbol bulan sabit.
Tidak semua muslim setuju dengan simbol bulan sabit merah
bahkan sebagian muslim sangat anti dengan simbol agama.
Mereka berfikir bahwa mendewakan simbol adalah kebodohan
yang bisa membuat otak menjadi tumpul dan tidak berguna.
Hasanuddin abdurakhman menulis tentang " kekonyolan simbol ".
Dia mengatakan, " Lambang palang merah tadinya diambil
dari lambang bendera Swiss, negara asal Henry Dunant,
pendiri gerakan palang merah.
Simbol ini ditetapkan pada sebuah konferensi
yang dihadiri oleh 14 negara pada tahun 1863.
Tapi dalam perang melawan Rusia pada tahun 1876
Turki menolak memakai lambang palang merah.
Simbol ini dianggap mewakili Kristen.
Maka Turki memakai lambang bulan sabit merah,
yang kini dipakai di banyak negara muslim.
Tahun 2005 diperkenalkan simbol baru,
yaitu kristal merah, yang lebih netral,
tidak salib, tidak pula bulan sabit.
Palang merah tadinya adalah gerakan yang netral,
tujuannya menyelamatkan orang-orang
yang terluka pada peperangan.
Ternyata dalam semangat yang netral itu
masih ada prasangka-prasangka lain,
sehingga simbolnya pun dipermasalahkan".
Beragama jangan baper. Seolah-olah alam
dan makhluk-makhluknya memusuhi kita.
Baper dalam beragama seperti orang
yang mengkonsumsi pil ekstasi atau pil koplo
yang tindakannya tidak dilandasi akal sehat
tapi otak yang tumpul dan gagal berfikir.
Beragama jangan baper. karena kebaperannya
bisa menyulap para pengikutnya menjadi "orang mabuk"
yang pikirannya semrawut penuh nafsu dan dendam.
Jaket paskibraka merah putih bersilang yang dipermasalahkan
adalah bentuk dari baper dalam beragama.
Tidak mungkin hanya dengan baju yang terlihat
seperti simbol salib bisa mengsalibkan dan mengkristenisasikan
masyarakat (di Banten). Sungguh terlalu. Sekali lagi Hanya orang "Tumpul"
yang memiliki kerangka berfikir seperti ini.
Begitu pula kelompok baper juga pernah dengan bangga megatakan
bahwa Hawa (Eva) perempuan pertama di dunia sudah berjilbab
sejak pertama kali diturunkan dimuka bumi.
Sahabat..
Beragama jangan baper, (sedikit dikit bawa perasaan)
Baper hanya membuat otak yang potensial menjadi tumpul
dan tidak berguna. Terlalu larut dalam perasaan yg berlebihan
bisa membuat manusia menjadi setegah manusia,
bahkan setengah makhluk gaib hehehe.
Prof Sumanto Al-Qurtuby pernah menulis, "Lihatlah bagaimana bengisnya perilaku
sejumlah kelompok agama yang seperti orang "teler" alias "mabuk"
melakukan berbagai tindakan kriminal dan tidak manusiawi: kekerasan, pengrusakan,
pembunuhan, pemerkosaan dan sebagainya. Mereka mengkliam melakukan semua itu
demi membela agama dan Tuhan".
Alangkah Indahnya jika beragama bisa mengantarkan pemeluknya menjadi
manusia yang baik dan berhati mulia, penuh toleransi
kepada sesama umat manusia dan alam semesta.
Agama ini hadir bukan untuk menjahati orang lain,
menindas orang-orang lemah dan tidak berdaya.
Tapi Agama lahir untuk membantu umat manusia
agar menjadi pribadi-pribadi yang unggul, berfikir positif
berakhlak baik dan mampu menjadikan bumi ini
tempat tinggal yang damai bagi semua umat manusia
tidak tersekat suku, bangsa dan agama.
Sebagai penduduk bumi yang baik, berakhlaklah yang baik
moralitas bukan monopoli agama tertentu, bukan pula
milik negara tertentu. Tapi yang pasti moralitas
adalah ciri orang beragama yang masih memiliki akal sehat.
jika akal sudah di " dengkul " otak pun akan menjadi "tumpul".
Ajaran agama dijadikan alasan untuk menebar kebencian,
memprovokasi lawan yang tidak satu pemikiran.
Semoga kita bisa membentengi diri dari manusia-manusia
yang masih meragukan suara hati, manusia-manusia seperti ini
tidak bisa membedakan antara suara hati dan penyakit hati.
Bahkan orang yang tampak soleh sekalipun bisa bersemayam
didalam hatinya penyakit " sombong " merasa paling beriman.
Menyeru orang lain agar tidak terjangkit penyakit hati,
padahal menyibukkan diri mereka dengan simbol keangkuhan,
overdosis dalam beragama, dan keengganan untuk mengintropeksi
setiap kesalahan diri sendiri
Wallahu a'lam
Kang Robby
